MALAM SEBELUM KEMENANGAN
Aku sekuntum hari
Di mana wanginya mengharumi bumi
Ke mana murahan Sang Khalik berlimpah
Menyatu pada segala inti hidup
Aku bertelaga bening
Aku sekuntum hari
Di mana wanginya mengharumi bumi
Ke mana murahan Sang Khalik berlimpah
Menyatu pada segala inti hidup
Aku bertelaga bening
Airku mutiara maghfiroh
Gemercik dzikir dan tadarus
Tepian doa lemah lembut, lirih, dan berpasrah hati
Berenanglah dengan kesunyian waktu
Agar setiap sirip tak patah sia-sia
Aku rahasia
Tak sekedar lapar dahaga
Tapi sebetulnya itulah hakekat afeksi
Dan salah satu cara bertegur sapa dengan Tuhan
Aku sepantasnya dirindukan
Karena saya ludang kecepeh
Di cakrawala bertebar pengampunan
Rahmat dan segala pengampunan
HIDUP SETELAH MATI
Knorma dan budbahasa saya berjalan di sebuah lorong
Tepian doa lemah lembut, lirih, dan berpasrah hati
Berenanglah dengan kesunyian waktu
Agar setiap sirip tak patah sia-sia
Aku rahasia
Tak sekedar lapar dahaga
Tapi sebetulnya itulah hakekat afeksi
Dan salah satu cara bertegur sapa dengan Tuhan
Aku sepantasnya dirindukan
Karena saya ludang kecepeh
Di cakrawala bertebar pengampunan
Rahmat dan segala pengampunan
HIDUP SETELAH MATI
Knorma dan budbahasa saya berjalan di sebuah lorong
Kudapati sebuah nama besar tegantung Itu nama ku
Tubuhku terasa ibarat kapas
Melayang dan terbang
Kupanggil nama-mu tapi seakan ada bunyi mengejekku
Kini saya menyerah, mengalah akan rasaku
Rasa yang tak tentu arah
Kini ku tak bisa menatap wajahku dalam kaca
Sudah terlalu banyak luka
Tapi entah mengapa luka itu tak bisa jadi kaca
Saat ini saya mati
ACEH KENANGANKU
Aisyah...aisyah
Lekaslah sholat anakku sayang
Lihatlah mentari minggu tengah bersiap
Benar bunda berucap
Bumi bergetar sesaat
Tak usang laut-laut terhisap
Kijingkat-jingkat
Ikan menggelepar kutangkap
Tubuhku terasa ibarat kapas
Melayang dan terbang
Kupanggil nama-mu tapi seakan ada bunyi mengejekku
Kini saya menyerah, mengalah akan rasaku
Rasa yang tak tentu arah
Kini ku tak bisa menatap wajahku dalam kaca
Sudah terlalu banyak luka
Tapi entah mengapa luka itu tak bisa jadi kaca
Saat ini saya mati
ACEH KENANGANKU
Aisyah...aisyah
Lekaslah sholat anakku sayang
Lihatlah mentari minggu tengah bersiap
Benar bunda berucap
Bumi bergetar sesaat
Tak usang laut-laut terhisap
Kijingkat-jingkat
Ikan menggelepar kutangkap
Duh sang Maha Agung.... Ada apa ini?
Naga setinggi bukit
Mengejarku dan menculik bunda
Patut ku berucap syukur
Pada sawit dihalamanku
Tak lupa pada sang Maha Agung
Naga setinggi bukit
Mengejarku dan menculik bunda
Patut ku berucap syukur
Pada sawit dihalamanku
Tak lupa pada sang Maha Agung
Meski bunda harus diganti
Dengan cucut ditanganku
TENTANG CAKRAWALA
Di ujung cakrawala kunikmati
Sejumput cerita
Cerita wacana ayah dan ibu,
Cerita wacana tangisan bebek yang tak kunjung usai
Diujung cakrawala kunikmati
Secangkir memberikanta
Tentang anak yang menengadah tangan untuk makan
Diujung cakrawala kupandang seonggok daging
Di ujung cakrawala kunikmati
Sejumput cerita
Cerita wacana ayah dan ibu,
Cerita wacana tangisan bebek yang tak kunjung usai
Diujung cakrawala kunikmati
Secangkir memberikanta
Tentang anak yang menengadah tangan untuk makan
Diujung cakrawala kupandang seonggok daging
Yang berdeyut, takut akan gelar yang disandang
Diujung cakrawala kudapati
Sebuah telaga
Yang saya senantiasa terperangah
Sebuah telaga
Yang saya senantiasa terperangah
Advertisement